Monday, January 9, 2017

Serat Fiber Disulap Jadi Manekin Hingga Tong Sampah


Serat Fiber Disulap Jadi Manekin Hingga Tong Sampah


Dari industri rumahan di gang sempit Cengkareng, Jakarta Barat, Agus mampu mengubah serat fiberglass menjadi produk yang menjanjikan. Beromzet puluhan juta dan ikut terdongkrak lewat trend belanja online.

Ditemui di bengkel kerjanya, Agus tengah merapikan pesanan tong sampah. Sesekali ia mengecek smartphone, menulis pesan atau mengecek pemesanan barang via online.

"Alhamdulillah lancar. Selalu saja ada pemesanan," kata Agus, perajin serat fiberglass di bengkelnya, Jalan Kumbang Raya, Cengkareng, Jakarta Barat

Berawal dari 2004, Agus awalnya ikut bisnis keluarga membuat kerajinan serat fiber. Lama kelamaan ia berpikir untuk berdiri sendiri dengan modal awal Rp 20 juta. Uang itu untuk membeli bahan baku resin, mat, katalis, cat duco dan sejumlah perkakas kerja.

Dicukup-cukupin modalnya. Sekarang ya masih naik turun, sekarang saja masih pinjam Rp 25 juta ke bank," imbuh Agus dengan gayanya yang kocak dan penuh humor menceritakan motor Ninja yang ia agunkan untuk memperoleh kredit bank.

Kerja keras Agus berbuah orderan yang terus berdatangan. Ia pun bisa membayar gaji 8 karyawannya pada kisaran Rp 1juta hingga Rp 2juta saban pekan per orang. Juga menafkahi keluarganya.

"Kalau hitung-hitungan pastinya saya tidak mencatat. Namanya bisnis rumahan, pembukuannya tidak lengkap. Yang pasti Alhamdulillah bisa membayar 8 karyawan. Kalau pesanan padat, nambah karyawan buat bantu-bantu. Orderan paling tinggi saya ingat seminggu pernah mengerjakan pesanan Rp 50 juta. Itu barangnya macam-macam," tukas Agus.

Selain pesanan tong sampah, Agus juga membuat berbagai produk yang berasal dari serat mat tersebut. Mat merupakan serabut khusus sebagai bahan dasar fiber. Mat itu akan 'dilem' menggunakan cairan kimia 'resin' yang dicampur cairan katalis.

Bahan baku tersebut lalu dicetak di sebuah wadah pencetak yang dibuat oleh Agus. Beberapa yang paling banyak dicari orang yakni patung manekin, tong sampah hingga bak keramas yang biasa dipergunakan di salon kecantikan.

"Apa saja yang bisa dibuat dengan fiber ya kita kerjain," kata Agus yang kini sudah bisa mempekerjakan 8 karyawan.

Saat ini, Agus masih bisa bertahan meski mendapat ancaman dari produk plastik yang lebih murah dari fiber. Selain itu, pun cukup diuntungkan dengan trend online shop membuat pesanan melonjak hingga 50 persen. Pasar menjadi lebih luas, tidak hanya di DKI Jakarta melainkan sampai ke Sumatera maupun Kalimantan.

"Saingan fiber ya plastik, lebih murah. Tapi pembeli sudah tahu fiber lebih tahan lama. Jualannya juga bisa lewat online, pembeli baru saya minta bayar penuh di muka. Kalau sudah langganan bisa separuh dulu," tutup Agus yang aktif di forum jual beli Kaskus, Olx dan Tokopedia.

sumber  : detik.com

0 comments

Post a Comment