"Bisnis Tas Unik Kombinasi Batik dan Kulit"
Tas batik dan tas kulit telah banyak menjamur di pasaran. Namun, pemilik Java Ume, Susi, mengkombinasikan batik dan kulit di dalam satu tas sekaligus. Susi menyebut awal mulanya tetarik berbisnis ini karena melihat potensi batik yang banyak diincar pembeli. Batik yang digunakan adalah batik tulis dari Yogyakarta, Madura, dan Cirebon. Selain berbahan batik, dia juga membuat tas berbahan kain tenun yang berasal dari Bali, Lombok, dan Jepara. Sementara itu, kulit yang digunakan merupakan kulit sapi dan domba yang didapat dari supplier di Jakarta.
Ia mulai merintis usahanya dengan satu temannya dengan modal Rp 20 juta pada tahun 2015 lalu. Saat itu produknya didaftarkan di Kementerian Hukum dan HAM untuk mendapatkan paten HKI (Hak Kekayaan Intelektual). Tujuannya, agar produknya dapat masuk menjadi supplier di Debenhams departement store Kemang Village. "Modal awalnya nggak banyak sekitar Rp 20 jutaan, kita mulai masuk Debenham, waktu itu kita pikir kita seriusi mulai register brand-nya ke HKI karena untuk masuk Debenham harus izin perdagangan berlabel Indonesia waktu itu bulan Februari 2016," ujar Susi.
Namun, karena Kemang Village tutup, produknya masih menjadi waiting list di Debenham cabang lain. Meski begitu, Susi tetap berusaha memasarkan produknya ke hotel bintang lima seperti Hotel Fairmont dan Hotel Grand Melia. Di Fairmont dan Grand Melia produknya baru masuk pada Oktober lalu. Dia bahkan mendapat permintaan untuk membuat clutch bag atau tas berukuran kecil karena segmentasinya adalah traveller.
Untuk mengkombinasikan antara kulit dan batik atau pun tenun, sebelumnya dibentuk dulu pola dan bagaimana pembagian porsi antara batik dengan kulitnya. Setelah itu baru ditentukan penjahitan kulitnya untuk disatukan dengan batik atau tenunnya. Sebenarnya sama saja seperti buat polanya gimana bagian batiknya di mana, lalu di bagian dalamnya kalau mau keras dilem, bahan di dalam ada kain suede, dijahit dijadikan satu, itu seninya pembuat tasnya itu mesti banyak diskusi dengan pengrajin supaya nggak salah," kata Susi.
Ia menargetkan satu hari satu orang pengrajin dapat memproduksi 1 tas dengan kualitas yang baik. Sebenarnya jika ditekan produksinya bisa 3 dalam sehari tetapi ia lebih mementingkan kualitasnya. Saat ini ia memiliki karyawan kurang dari 10 orang. Akan tetapi, dia sedang menjajaki bisnis di Italia dan Rusia agar dapat ekspor ke negara tersebut saat ini sedang berproses mencari distributor. Range harga yang dipatok sekitar Rp 700.000 - Rp 3 juta. Dalam satu tahun terakhir ini omzetnya mencapai Rp 100 juta.
sumber : detik.com
0 comments
Post a Comment